Gunung Everest adalah yang tertinggi di antara pegunungan Himalaya lainnya. Sangat terkenal karena memiliki ketinggian yang mencakar langit, gunung Everest menjadi destinasi populer bagi para pendaki dan petualang yang suka menguji nyali.
Selanjutnya karena medannya yang berbahaya, gunung Everest juga terkenal sebagai salah satu gunung paling mematikan di dunia. Menurut data statistik kematian dari alanarnette, tercatat sebanyak 305 orang meninggal di gunung Everest sejak 1924 hingga Desember 2021. Data juga menyebutkan bahwa mereka meninggal akibat ambisinya untuk mencapai puncak Everest.
Membicarakan tentang gunung Everest, ada banyak sekali hal yang menarik untuk dibicarakan. Jika Anda ingin mengetahui ulasan lengkap tentang demografi, sejarah, suku Sherpa, hingga 10 fakta tersembunyi gunung Everest, yuk simak informasinya di bawah ini.
Demografi Gunung Everest
Lokasi gunung Everest terletak di perbatasan Nepal dan Tibet. Menjadi tempat wisata pendakian paling populer di dunia, perbatasan antara Nepal dan Tibet membentang tepat di seberang puncak gunung dan dua basecamp yang ada.
Selanjutnya, laporan resmi dari lembaga survei China menyebutkan bahwa pada tahun 2005 tinggi Everest adalah 8.844,43 meter di atas permukaan laut. Adapun untuk mendapatkan data ini, para peneliti China harus melakukan enam putaran pengukuran skala dilanjut dengan penelitian ilmiah di gunung Everest.
Bukan merupakan gunung aktif, selanjutnya pada tahun 2020 media China dan Nepal merilis laporan resmi bahwa ketinggian gunung Everest bertambah sebesar 0,86 meter. Sehingga dengan ini gunung Everest kembali berhasil mencetak rekor sejarah sebagai yang tertinggi karena ketinggiannya yang kini mencapai 8.848,86 meter.
Selanjutnya terkait suhu, rata-rata suhu puncak gunung Everest adalah -36° C. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa rata-rata suhu tadi juga bisa turun ke angka -60° C. Terlepas dari data tersebut, umumnya suhu di Everest bisa lebih hangat karena angin berhembus lebih lembut pada akhir Mei hingga minggu ketiga Oktober.
Sejarah Gunung Everest
Puncak gunung Everest adalah impian besar bagi para pendaki yang gemar menaklukkan puncak gunung di dunia. Karena iklim dan medan gunung yang ekstrim, kondisi tersebut menimbulkan ancaman yang sangat serius bagi para pendakinya.
Gunung Everest yang diselimuti salju sepanjang tahun ini, menyimpan sejarah yang memesona dan mengerikan di mata dunia. Banyak ilmuwan dan pendaki yang menantang menaklukkan gunung untuk melakukan ekspedisi entah untuk tujuan bertengger di puncak tertinggi ataupun untuk penelitian.
Menurut Get Lost Forever, George Mallory dan Guy Bullock adalah orang pertama yang melakukan percobaan ekspedisi di Everest pada tahun 1921. Tetapi, untuk ekspedisi pertama yang berhasil menaklukkan gunung Everest berasal dari pendaki yang bernama Edmund Hillary dan Tenzing Norgay Sherpa.
BACA JUGA: Jadi Tempat Ziarah? Cek 10 Fakta Menarik Gunung Fuji
Suku Sherpa Gunung Everest
Sherpa adalah suku bangsa yang hidup di lereng pegunungan Himalaya dan meyakini aliran Nyingmapa dari Buddhisme Tibet. Suku Sherpa adalah kelompok yang sangat terkenal karena mereka adalah yang pertama kali menetap di wilayah Khumbu dekat Everest dari sekitar tahun 1530-an.
Tinggal dekat dengan pegunungan tertinggi di dunia, Sherpa menganggap Himalaya sebagai tempat yang suci. Suku Sherpa juga diketahui membangun tempat perlindungan bagi satwa liar dekat lembah dan vihara Budha dekat tempat tinggal mereka.
Selanjutnya karena terkenal sangat sulit untuk mencapai puncaknya, banyak yang meyakini bahwa ada dewa dan setan yang hidup di pucuk teratas gunung. Bahkan beberapa juga mengatakan bahwa terdapat yeti (makhluk mitologi mirip kera yang tinggal di gunung Everest) yang berkeliaran di lereng.
Sehingga dengan cerita-cerita ini, suku Sherpa memutuskan untuk tidak mendaki gunung dan mempertahankan tradisi bertani. Tetapi pada abad ke-20an, situasi tersebut berubah karena banyaknya permintaan yang tinggi dari pendaki asing kepada suku Sherpa untuk memandu pendakian mereka.
Menjadi populasi yang sangat mengenal medan Everest, suku Sherpa pun turut berpartisipasi pada ekspedisi Inggris tahun 1921. Strategi untuk melakukan ekspedisi di gunung Everest turut berkembang sepanjang waktu karena merupakan misi yang sangat membahayakan nyawa pendakinya.
Sebagaimana pada tahun 1922, para pendaki mulai memakai tabung oksigen untuk membantu mereka bernapas saat mendaki gunung. Selanjutnya adalah tahun 1933, dimana radio telah ditemukan dan menjadi alat komunikasi yang dipakai untuk pertama kalinya saat pendakian.
Fakta Tersembunyi di Balik Megahnya Gunung Everest
1. Banyak Jenazah Pendaki yang Sering Ditinggalkan
Menurut Get Lost Forever, hingga tahun 2021 tercatat ada lebih dari 200 mayat dan 309 kasus kematian di gunung Everest. Mayat tersebut kemudian banyak yang digunakan sebagai landmark gunung. Banyak jenazah pendaki yang sering ditinggalkan disebabkan karena efek ketinggian gunung yang membuat hampir tidak mungkin untuk membawanya turun.
2. Berusia Lebih Dari 60 Juta Tahun
Melihat dari asal-muasalnya, gunung Everest terbentuk akibat tumbukan dari lempeng tektonik India dan Eurasia puluhan juta tahun yang lalu. Sudah berusia lebih dari 60 juta tahun, tetapi dia bukanlah yang tertua di dunia. Faktanya, gunung tertinggi ini masih mengalami pertumbuhan sebesar satu inci setiap tahunnya.
3. Butuh Dua Bulan untuk Mencapai Puncak Gunung
Lama waktu pendakian untuk mencapai puncak Everest setidaknya adalah 30-40 hari. Belum lagi ada penambahan waktu untuk melakukan trekking ke basecamp gunung sekitar 10-14 hari lamanya. Membutuhkan waktu yang lama karena tubuh manusia perlu menyesuaikan terlebih dulu dengan suhu di ketinggian yang ekstrim. Selain itu juga karena hanya terdapat sepertiga oksigen dari permukaan yang membuat pendaki biasanya membutuhkan tabung oksigen untuk bisa bernafas.
4. Rekor Tercepatnya Adalah 8 Jam 10 Menit
Sangat jauh dari waktu rata-rata yang perlu dihabiskan untuk mencapai puncak, seorang pendaki dari Nepal berhasil memecahkan rekor tercepat mendaki gunung tertinggi di dunia. Dia mendaki gunung Everest pada tahun 2004 dari sisi Selatan.
5. Butuh Biaya Sekitar 400 Juta untuk Mendaki Gunung
Memerlukan banyak kebutuhan untuk dibawa saat mendaki, umumnya mendaki gunung Everest menelan biaya sekitar $28.000 atau setara dengan 400 juta rupiah. Lagi-lagi tergantung dengan jenis fasilitas yang pendaki perlukan, biaya mendaki pun bisa bertambah hingga mencapai $115.000 atau setara dengan 1 Miliar rupiah. Adapun untuk detailnya, jumlah tersebut sudah mencakup biaya transportasi, makanan, tenda, sewa pemandu, dan oksigen tambahan.
BACA JUGA: Wajib Datang Ke Sini! Ini 5 Tempat Wisata Populer di China
6. Terdapat 18 Rute Berbeda untuk Mencapai Puncak
Total rute yang tersedia untuk para pendaki gunung Everest adalah sebanyak 18 rute. Tetapi utamanya, terdapat dua rute yang sering menjadi primadona para pendaki yaitu rute Tenggara dan rute Utara. Adapun, setiap rute tersebut menjadi primadona pilihan karena memiliki tantangan dan keuntungan masing-masing yang berbeda.
7. Puncak Everest Hanya Seukuran Meja Makan
Puncak gunung terbuat dari batu kapur laut (batuan yang mengendap di dasar laut sekitar 450 juta tahun yang lalu). Adapun untuk lapisan gunung terbuat dari batu, es, dan salju. Terkenal dengan lebatnya salju di gunung, ketebalan salju pun sangat bervariasi setiap tahunnya.
8. Tempat Lembah Kematian “Rainbow Valley” Berada
Rainbow Valley memiliki dua julukan terkenal berhubungan dengan reputasi buruknya. Banyak orang sering menyebutnya sebagai lembah kematian dan kuburan tertinggi di dunia. Terletak di atas 8.000 meter gunung Everest, rainbow valley adalah tempat dimana mayat pendaki gunung everest bersemayam. Kemudian disebut dengan pelangi karena banyak mayat yang mengenakan jaket berwarna-warni beserta dengan peralatan mendakinya yang berserakan.
9. Tempatnya Hantu Prajurit India Tenggelam
Baba Harbhajan Singh adalah seorang tentara India yang meninggal karena tergelincir ke sungai saat mengawal keledai di pegunungan Himalaya. Telah meninggal sejak 1968, konon katanya hantu Singh masih hidup di gunung Everest untuk melindungi perbatasan dari serangan. Memperkuat mitos, di musim dingin tahun 2009 penduduk Berni Himalaya mengaku jatuh sakit setelah bertemu dengan hantu Singh.
10. Sejarah “Zona Kematian” yang Mencekam
Zona kematian atau “death zone” adalah sebutan untuk bagian puncak gunung Everest yang terletak di atas 26.000 kaki. Banyak yang menyebutnya demikian karena pada area zona kematian, perkiraan kadar oksigen hanya berkisar sepertiga dari permukaan. Selain itu juga kondisi tekanan barometrik di puncak menyebabkan berat badan terasa berkali-lipat lebih berat. Dengan itu, pendaki jadi bisa cepat merasa lesu, berilusi, kelelahan, dan tidak mampu bertahan lebih dari 48 jam.
Tertarik untuk Studi Ke Luar Negeri? Ingin Cepat Menyelesaikan Dokumen Persiapan?
Tidak perlu khawatir lagi! Bagi Anda yang sedang mempersiapkan dokumen untuk keperluan belajar ataupun wisata ke luar negeri, kini ada jasa penerjemah tersumpah dari Mediamaz TS. Setelah menggunakan jasa penerjemah tersumpah kami, Anda juga bisa menggunakan jasa legalisasi dari Mediamaz.
Sehingga dengan satu kali pesan, semua keperluan Anda pun bisa langsung selesai. Konsultasikan kebutuhan Anda sekarang dan dapatkan juga banyak penawaran potongan harga khusus yang menarik.